9.21.2011

Aku sayang ayah, Raisa

Pada suatu hari, hiduplah seorang anak dengan perempuan yang tinggal di sebuah kota kosmopolitan. Tentunya ia adalah yang paling disayangi keluarga keciil itu. Mereka tinggal di sebuah rumah berukuran sedang yang mereka sewa. Namun meskipun demikian, mereka bahagia dan bersyukur dengan hasil yang mereka dapatkan.

Kebetulan hari ini, adalah hari ini adalah hari kerja pertama ayahnya di salah satu kantor swasta. Alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar hingga waktu tampak berlalu dengan sangat cepat. Hari, minggu, hingga bulan terlampaui tanpa terasa. Satu persatu perabot bertambah, tanpa terasa. 

Anehnya, beberapa minggu terakhir Raisa tidak seperti biasanya. Ia tampak tidak bersemangat dan nilainyapun satu persatu menjadi turun. "Bunda tak pernah kelihatan secemas ini melihatku, apa ada yang salah denganku ya Tuhan," ucapnya dalam do'a. Sejak ayah menghukumnya di kamar mandi, ia tak pernah semurung ini sebelumnya. Wajarlah ia memang anak yang biasanaya dimanja, namun kali ini tidak! " Ya tuhan kenapa Ayah begitu berbeda?" ucap bibir mungil Raisa. Maka dengan hati yang goyah, Raisa ia selalu menyelipkan surat yang selalu ia tuliskan untuk sattu-satunya Ayah yang ia cintai. 

Keesokan harinya, Ayah pulang telat, kira-kira jam 02.00 pagi. Tubuh Raisa yung rentan tertunduk lemas di sofa, ruang keluarga. Di genggaman tangannya terlihat banyak sekali kertas warna-warni bergambarkan seorang laki-laki. Tak tahan penasaran, Ayahpun segera melihat isi embaran kertas tersebut. Dari sekian kertas yang dibacanya, surat inilah yang paling mengena di hatinya, dan surat inilah yang menjatuhkan air matanya, 

Dari Raisa Untuk Ayah

Yah, Raisa sayang ayah tapi kenapa kenapa ayah terus menghiraukan isha, isha sedih yah, isha pengen banget kita kayak dulu lagi, kalo sore ya main di ruang tamu, kalo malem ayah yang bobo'in isha. kemaren isha memang salah yah, tapi isha kayak gitu soalnya isha kangen ayah,

Setelah membaca surat itu, tangan Ayah langsung jatuh ke lantai, ia tak mampu lagi berkata-kata, matanya langsung berkaca-kaca. Dan saat itu juga ia baru menyadari bahwa keluarga dan pekerjaan harus seimbang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a needle in this big and confusing world